Daily Archives: September 6, 2010

Apa seh arti “mudik” ?


Pagi ini cukup membuat badan ingin tetap berleha-leha di atas tempat tidur. Hujan yang tak kunjung henti, udara yang sangat sejuk menyapa saya pagi ini. Rencana untuk ke kampus pagi ini terpaksa batal karena “hujan”, sebetulnya hujan bukan jadi alasan seh, lebih tepatnya “malas”..hehe;p sekali-sekali saya bersahabat dengan rasa malas. Hehe

Tidur saya sangat nyenyak kemarin malam, meski saya bermimpi sesuatu hal yang sangat tidak mengenakkan yang membuat saya terbangun lebih cepat hari ini. Yah, tidur saya lebih nyenyak malam ini karena kemarin malam saya habis bertemu dengan sahabat-sahabat SMA saya. Moment lebaran atau bulan puasa adalah moment reunian bagi saya, maklum setiap bulan tersebut pasti ada sekitar minimal lima kali “buka puasa bersama” saya ikuti. Dari teman SD, SMP, SMA, D3, temu kangen lebih tepatnya.hehe

Salah satu hal yang selalu ditanyakan saat saya dan sahabat berkumpul pada saat bulan ramdhan adalah “Eh…pada mudik gak?” . Pertanyaan biasa yang selalu saya dan teman-teman saya jawab. Tapi kemarin malam saya tiba-tiba bertanya pada diri saya “Mudik artinya kan pulang kampung, di sadap dari bahasa mana yang kata mudik itu?” Pertanyaan gak penting yang seketika terbersit dalam pikran saya.hehe

Sampai pada akhirnya pagi ini saya coba mencari tahu apa arti dan esensi kata mudik itu. Dan ternyata kata “mudik” itu berakara dari kata “udik”, dimana udik itu berarti kampung atau desa yang lawan katanya adalah kota. Ini seperti istilah arab ‘ badui’ sebagai lawan dari kata hadhory. Sehingga dengan sederhana bisa diambil kesimpulan bahwa mudik, adalah kembali ke kampung halaman. Yah, arti yang semua orang sudah tahu. Dan ternyata struktur tatanan kata ‘mudik’ sebenarnya sangat tidak aneh dalam bahasa arab lho.

Oh ya, dalam buku Kebudayaan Koentjaraningrat , Mentalitas dan Pembangunan menyebutkan bahwa suatu sistem nilai budaya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Dan ternyata dalam sistem kebudayaan tersebut masyarakat menganggap sebuah laku kebudayaan amat bernilai dalam hidupnya. Tak terkecuali mudik. Jadi mudik seolah menjadi suatu keniscayaan. Sehingga menjadi kebudayaan yang memiliki sistem nilai jiwa umat Islam.

Nah, saya juga dapat informasi dari salah satu nara sumber Bapak Google mengenai beberapa arti kata “mudik”. Ini dia :

Mudik dari akar kata “ adhoo-a” yang berarti “ yang memberikan cahaya atau menerangi”
Ini bisa dipahami dengan mudah, bahwa mereka para pemudik itu secara khusus memberikan ‘cahaya’ atau menerangi kampung-kampung halaman mereka.

Mudik dari akar kata “ Adhoo-‘a”, yang berarti “ yang menghilangkan “
Selanjutnya, mudik berasal dari bahasa arab yang berarti : orang yang menghilangkan. Hal ini juga akan mudah kita tangkap, bahwa mereka pemudik itu adalah orang-orang perantauan yang dipenuhi beban perasaan kerinduan, dan kesedihan karena jauh dari orangtua, keluarga atau kampung halamannya. Karenanya mereka melakukan aktifitas mudik , dalam rangka ‘menghilangkan’ semua kesedihan tersebut.

Mudik dari akar kata “ adzaa-qo” yang berarti “ yang merasakan atau mencicipi “
Orang yang mudik ke kampung halaman pastilah mereka yang ingin kembali ‘merasakan dan mencicipi’ suasana kampung tempat kelahiran.

Yah…itu informasi yang saya dapatkan mengenai esensi dari kata mudik, tapi dari manapun asalnya dan entah kapan mudik itu mulai dilakukan oleh masyarakat Indonesia, tetap saja yang namanya budaya akan tetap selalu ada dan tidak terpikir sedikitpun dalam pikran saya dimana pada hari lebaran suatu saat nanti masyarakat Indonesia tidak berbondong-bondong untuk pulang kampung. Kayanya gak mungkin yah..hehe;p,dan gak seru juga.hehe..Yah,,,itulah serunya perayaan salah satu hari besar keagamaan, lagi-lagi setiap tahun Indonesia selalu diramaikan oleh kegiatan mudik tersebut. Tapi mungkin saja lho jika penduduk Indonesia tidak ada yang melakukan urbanisasi (perpindahan penduduk dari desa ke kota). Yah…bagaimana saya tidak menyimpulkan hal tersebut, karena hampir seluruh penduduk kota Jakarta berasal dari luar kota Jakarta. Oleh karena itu moment lebaran dijadikan moment untuk kembali ke kampung halamannya atau dengan kata lain mudik dimaknai sebagai proses kembalinya masyarakat urban, perantau ke kampung halaman.

Jika boleh saya simpulkan maka tradisi mudik menjelang perayaan Idul Fitri memang sudah menjadi kultur atau budaya negara kita sehingga saya memahaminya sebagai “mudik kultural”. Mudik sebagai fenomena kultural yang sangat unik adanya dan mungkin hanya satu-satunya di penjuru dunia (hebat yang negara kita^^). Fenomena mudik yang memang sangat menyita banyak perhatian dari seluruh kalangan; pemerintah, ekonom, sosiolog, hingga aparat kepolisian sehingga harus mengawal arus mudik dan arus balik dari komunitas pemudik pengguna sepeda motor. Dan jika dikaitkan dengan bidang yang sedang saya geluti sekarang, hampir semua perusahaan berlomba untuk memberikan service dan kemudahan bagi para pemudik untuk pulang ke kampung halamannya. Posko-posko gratis, mudik bersama, dan kegiatan lainnya (yang merupakan kegiatan CSR) merupakan beberapa cara yang dilakukkan untuk mengangkat citra perusahaan mereka.

Ternyata mudik tersebut memberikan banyak efek positif bagi semua pihak atau kalangan. Sekarang yang perlu diwaspadai adalah “hati-hati” dalam melakukan mudik. Semoga mudik tahun ini arus kemacetan, tingkat kecelakaan, tingkat kematian dan tingkat kriminalitas berkurang. Dan semua yang berpergian dapat kembali ke rumahnya dengan selamat tanpa kekurangan satu apapun dan dapat kembali beraktifitas seperti hari-hari biasanya.

The Last…
Memang ternyata hari besar keagamaan (dalam hal ini khususnya Idul Fitri) menjadi sebuah peristiwa yang membuat berbagai konflik sedikit terlupakan. Tidak ada lagi sekat-sekat kesenjangan karena semua strata sosial dalam masyarakat berbaur. Ketika itu rakyat jelata saling bersalaman dengan pimpinannya, kaum fakir saling berkunjung dengan ulama panutannya. Semua bisa saling berkomunikasi baik dengan sesamanya maupun dengan warga kampung lainnya.

Selamat mudik ^_^

7 Comments

Filed under Peristiwa