Apa yang maksimal 7 kali ? ?
7 kali untuk merasakan masa terpuruk, terjatuh dan putus asa. Apakah terlalu banyak ? Tidak bagi saya. Cukup paling banyak 7 kali. 7 kali adalah batas toleransi saya untuk masa terpuruk yang saya rasakan. Tapi jarang sekali saya alami masa seperti itu sampai 7 kali terulang dan terulang lagi. Saya mengerti diri saya dan saya berhak atas hidup saya untuk membuat setiap batasan-batasan untuk mengatur setiap perjalan hidup saya.
Yupss…
Satu kali menangis, dua kali bosan ini dan itu, tiga kali enggan beraktifitas, sampai dengan hidup tak bergairah. WAJAR, manusia merasakan fase tersebut. Saya adalah manusia biasa yang berusaha untuk selalu menciptakan bahagia. Bahagia dengan arti “saya mampu melakukan yang terbaik u diri saya dan orang-orang yang saya sayangi”. Bahagia yang terkadang butuh tangan ganda, hati sekuat baja, dan otak secerdik profesor didunia untuk menaklukan setiap teka-teki yang harus saya pecahkan, yah..teka-teki yang selalu saya sebut sebagai pengganti kata “ujian dari Tuhan”…
Seperti halnya saya manusia, saya sama seperti kalian semua, yang punya hati yang terkadang tersenyum dan sesekali menangis. Manusia yang sama-sama butuh makan dan minum untuk dapat bertahan hidup. Manusia yang terlahir sama, sama-sama menangis sebagai awal perkataan yang terlontar. Manusia yang harus berusaha keras mencukupi kebutuhan fisik dan psikis mereka. Itu saya, saya adalah manusia. Saya bukan robot!
“Saya tak berdaya”
“Saya sudah lelah dengan ini semua”
“Berat sekali masalah yg saya hadapi”
“Saya ingin mati saja”
Dan kalimat-kalimat lain yang sering dilontarkan manusia saat dia kelelahan dalam menjalani kehidupan. Begitupun dengan saya.
Lagi-lagi saya bilang itu “WAJAR” asal satu hal “ITU TIDAK BERKEPANJANGAN”..
Saat saya berkata “Saya tak berdaya”, saya lihat disekeliling saya banyak orang-orang yang bermalam di rumah sakit karena menderita berbagai macam penyakit. Mereka tidak berdaya, makan minum harus dibantu. Bagaimana dengan saya, saya masih bisa makan tanpa kekurangan, saya masih bisa berjalan tanpa harus dituntun, saya masih bisa menolong orang meski hal yang sangat kecil. Ternyata saya sangat berdaya, saya mampu berdiri diatas kaki saya sendiri. Senyum pun kembali bersemi saat saya menyadari hal ini…
Saat saya berkata “Saya sudah lelah dengan semua ini”, saya ingat-ingat kembali masa lalu saya dimana banyak perkara yang mampu saya pecahkan. Saya selalu sanggup walau saya harus mengahadapinya seorang diri, dan hatipun tertegun saat mengingat perjuangan orang tua saya dalam menghidupi saya. Apakah mereka pernah mengeluh “papah / mamah lelah mengurus kamu”. Tidak pernah sama sekali ! Lalu kenapa saya harus lelah dengan hal kecil ini, semangat dan rasa lelah pun hilangs seketika…
Saat saya berkata “Berat sekali masalah yang saya hadapi”. Pertanyaan selanjutnya “memang seberat apa seh masalah lo?”. Apa seberat seorang anak yang hidup sebatang kara di dunia ini ? Apa seberat sebuah keluarga yang harus berfikir apakah besok masih bisa makan atau tidak ? Apakah seberat seorang anak yang harus mengalami nasib ke dua orangtuanya bercerai ? Tidak…! Masalah saya ternyata tidak berat, saya harus bersyukur dan harus bisa tersenyum kalau saya masih cukup beruntung, masih bisa makan, masih bisa tidur dengan nyenyak, masih bisa merasakan kasih sayang dari orangtua. Kembali rasa syukur terlontar dan senyum kembali menghiasi wajah saya…
Saat saya berkata “Saya ingin mati saja”..ini adalah kata yang selalu dengan keras saya berusaha untuk tidak mengucapkannya. Untungnya baru sekali dalam hidup saya, saya mengucapkan kalimat tersebut. Bagaimana tidak parah, manusia macam apa saya kalau saya tidak bersyukur untuk setiap nafas yang masih boleh saya rasakan. Beribu-ribu orang diluar sana, berusaha keras melakukan apapun untuk bisa hidup, untuk bisa sehat. Berobat ke luar negeri dan hal-hal lain yang gak sebanding dengan nilai “kesehatan dan kehidupan yang saya masih bisa rasakan”,hal ini adalah anugerah yang paling bernilai yang memampukkan saya menghargai setiap nafas yang masih boleh saya rasakan. Lagi-lagi saya kembali bersyukur..
Yapps….cukup 7 kali saya terjatuh, menangis, dan merasa tak berdaya. Dan hal-hal diatas yang memampukkan saya untuk kembali bangkit.^.^
Lagi-lagi . . .
Saya masih punya Tuhan, yang selalu setia menguatkan setiap kelemahan hati saya. Dia satu-satunya yang memampukkan saya untuk masih bisa berfikir sehat “untuk apa saya hidup didunia”…
Saya masih punya keluarga, yang dengan setia tanpa pamrih menemani setiap fase dikehidupan saya. Dan yang memampukkan saya untuk masih bisa bersemangat “untuk meraih mimpi2 untuk membuat mereka bahagia”…
Saya masih punya sahabat, yang tanpa lelah mewarnai setiap hari-hari saya, dengan canda, tawa, jenaka yang memampukkan saya “untuk sejenak melupakan setiap ujian dikehidupan”…
Saya masih punya kalian yang memampukan saya “untuk bercermin bahwa saya masih jauh lebih beruntung dengan segala ujian dan kekurangan yang saya miliki sekarang”….
7 kali, terlalu sering ! ! !
Waktu demi waktu saya akan belajar untuk mengurangi masa itu, 6 kali, 5 kali atau bahkan cukup dengan 1 kali…^_^
Ya….ini hanya share aja, kadang saya pun pernah merasakan terpuruk atau sejenisnya. Tapi ternyata itu tidak seburuk apa yang saya bayangkan. Begitupun mungkin dengan kehidupan teman-teman. Sedih, duka, masalah, ujian itu WAJAR 🙂 tapi jangan lama-lama, itu intinya…!!!
Saya dan Kalian terlalu berharga untuk menangis dan bersedih…
Saya dan Kalian terlalu berharga untuk merasakan sakit hati…
Saya dan Kalian adalah manusia yang LUAR BIASA yang mampu selalu menciptakan BAHAGIA dengan kesempatan yang selalu sama.
Karena bahagia ada didalam hati dan pikiran kita, bukan berada diluar sana dan bukan kita cari dengan susah payah.
Bahagia kita yang menciptakan, dan terus berusaha untuk menciptakan bahagia…!
The Last,
Saya belajar untuk selalu menciptakan bahagia…
Saya belajar untuk selalu menciptakan senyum dan tawa…
Saya belajar karena saya adalah manusia!
Saya manusia maka karena itu saya ingin selalu bahagia!
Saya ingin selalu bahagia karena Tuhan hanya memberi saya satu kali kesempatan untuk terlahir di dunia dan hidup entah sampai berapa lama…
Hidup adalah kesempatan untuk menyiapkan diri menghadapi kematian dan untuk berusaha meraih kekekalan kehidupan “SURGA”…
-saya bahagia-
Dianita Tiastuti