Sebelumnya…
Saya pernah bermimpi, memiliki pasangan yang sejalan dengan pemikiran saya dalam hal apapun. Karen saya cukup unik dalam menjalani sebuah hubungan. Saya tidak suka di telpon, saya tidak suka diantar jemput, saya tidak suka dikekang dan diatur, saya tidak suka main-main bagi saya berhubungan adalah komitmen untuk menikah, saya tidak suka dibohongi diduakan, dan hal-hal lain dasar lainnya yang pada umumnya manusia inginkan dalam sebuah hubungan.
Selama hampir 25 tahun saya bertemu dengan beberapa laki-laki , dan tercatat sampai dengan sekarang 3 laki-laki yang membuat saya berfikir untuk menikah. Dan sekarang adalah yang ke empat, dan saya berharap ini adalah yang terakhir. 2 tahun lamanya saya mencoba membuka hati setelah sebelumnya saya disakiti oleh seorang laki-laki yang telah menghancurkan mimpi saya. Akhirnya saya bertemu dengan “dia” yang tanpa saya perkirakan saya bisa jatuh cinta terhadapnya.
Jujur, pertama kali kenal, saya tidak menyukainya. Gayanya yang terlihat sok, belagu, jual mahal, membuat saya enggan mendekatinya. Tapi entah bagaimana cara Tuhan akhirnya membuat saya mulai untuk berbagi cerita, berbincang-bincang, dan akhirnya saya tahu tentang dia. Dan ternyata dia tak seperti dugaan saya.
Sosoknya yang sangat ceria, tidak pernah sedikitpun berduka atau mengeluh. Membuat saya selalu bahagia dan semangat berada di sampingnya.
Sosoknya yang sangat dewasa, membuat pikiran saya terbuka untuk terbuka akan banyak hal yang ternyata masuk diakal.
Sosoknya yang sederhana, mampu mengajarkan saya untuk memliki cara hidup yang sederhana namun mampu merasakan bahagia yang luar biasa.
Akh…
Saya sudah pernah memposting mengenai hal ini. Namun entah kenapa, saya ingin sekali menuliskannya kembali.
Bisa dibilang, hubungan saya ini banyak sekali membawa kebaikan. Kebaikan untuk diri dan hidup saya.
Perasaan bersyukur tak hentinya saya panjatkan untuk sosoknya yang selalu membuat saya bahagia dan menjadi manusia yang lebih baik lagi setiap harinya.
Dalam hati ini berkata,
“Semoga apa yang saya rasa, juga dia rasa”.
Dan dalam hati berkata,
“Semoga inilah pelengkap tulang rusuk saya”.
Dan yang terakhi hati saya saya berkata,
“Cinta itu tidak mengenal dia siapa. Cinta itu ada di dalam hati karena seijin Illahi”.
Terima kasih Tuhan
Kau mengajarkan hamba memalui perantara tangan “dia” yang sangat sempurna caranya.
Depok, 12 Maret 2012
Dianita Tiastuti
Posted with WordPress for BlackBerry.